Bank Indonesia (BI) memprediksi bahwa perputaran uang tunai saat Lebaran tahun 2025 tidak akan sebesar tahun-tahun sebelumnya. Jika pada 2024 jumlah uang yang beredar selama momen Ramadan dan Idulfitri mencapai sekitar Rp197 triliun, tahun ini diperkirakan akan mengalami penurunan cukup signifikan.
Ada beberapa faktor yang mendorong tren ini. Pertama, semakin kuatnya digitalisasi sistem pembayaran, di mana masyarakat lebih banyak menggunakan QRIS, transfer bank, dan e-wallet untuk bertransaksi. Kedua, masih adanya tekanan ekonomi akibat harga pangan dan energi yang belum stabil, membuat daya beli masyarakat lebih berhati-hati. Ketiga, mobilitas masyarakat di momen mudik cenderung bergeser ke pola non-tunai, misalnya untuk pembelian tiket transportasi dan transaksi belanja daring.
Meski begitu, fenomena ini tidak sepenuhnya negatif. Penurunan peredaran uang tunai justru menandakan percepatan menuju cashless society. Bagi sistem keuangan, hal ini membantu meningkatkan efisiensi dan transparansi transaksi. Namun, di sisi lain, pedagang kecil yang masih bergantung pada uang tunai bisa ikut terdampak jika adaptasi digital tidak berjalan merata.
Pertanyaannya, apakah penurunan perputaran uang tunai ini akan benar-benar mengubah wajah tradisi belanja Lebaran masyarakat Indonesia, atau justru hanya menjadi tren sesaat karena faktor ekonomi?